Selasa, 21 April 2009

TUAN TANAH LUBUK RESAM

Sungguh siapa yang menduga bahwa setelah terjadinya peninjauan ulang atas kontrak pembukaan lahan pada Bakrie Group, ternyata pekerjaan yang tadinya off akibat dampak krisi keuangan global bisa mulai lagi. Hanya dengan catatan bahwa pengerahan unit alat berat tidak terlalu banyak & Lahan yang diutamakan digarap adalah lahan punya plasma agar dengan keterbatasan dana proyek tidak terjadi gejolak pada masyarakat yg telah terdaftar sebagai plasma tp lahnnya belum dikerjakan.
Lha disini kami Team Rizki Group ketemu yang namanya pak ATIP. Setiap lahan yang akan kami garap dan masuk inventaris penggusuran selalu muncul namanya ATIP. Penasaran sebagaimana jiwa wirausaha saya maka saya cari beliau bahkan sampai dirumah.
Dengan tanpa meninggalkan sopan-santun beliau pak Atip saya ajak ke lapangan, tentunya yang pertama memperkenalkan ke anak buah, kedua maksutnya tentu unt menunjukan batas kepemilikan sehingga tidak terjadi kesalahan penggusura.
Tapi yang tidak kalah penting adalah dapat sarinya prinsip hidup dan sejarah hidup beliau. Beliau mempunyai anak 4, yang salah satunya adalah dosen di Universitas Jambi yang Nb. juga udh ambil pendidikan S2. Tapi bagaimana sendirinya pak Atip & Bagaimana sejarah hidupnya maka berikut ini adalah kupasannya.
Atip kecil memang dilahirkan sebagai pejuang, artinya dengan keberadaan orang tuannya yang sederhana maka memaksa untuk bisa berkreatip mencari jalan hidupnya sejak kecil. Dari kecil hobi memelihara ayam, yang dengan tekun dikembangkan untuk bisa diambil hasilnya baik telur maupun dagingnya. Untuk menghidupi ayamnya tidak jarang beliau harus barter antara daging atau telur dengan Dedak/ bekatul padi sebagai makanan inti disamping nasi kering bekas. Begitu ayam berkembang banyak ternya untuk menyederhanakan pengelolaan banyak ayam tadi ada yang di jual terus dibelikan kambing, hingga terus menerus dari kambing jadi Kerbau. Kerbau Atip mungkin sekarang lebih dari 50 ekor setelah mengalami pasang surut kehidupan sesuai kebutuhan. Tapi disamping itu dari kerbau juga Atip berjuang untuk mendapatkan kesejahteraan lebih dengan membeli hasil panen karet dikampungnya lalu dijual kembali ke Jambi dengan mengendari perahu pada waktu itu. Sungguh pengelolaan nilai tembah yang bagus dari aderah terpencil Lb. Resam bisa sampai ke Jmabi.
Deviasi penjualan sangat besar sehingga setiap kali pulang dari Jambi Atip selalu menyisihkan uangnya untuk membeli Lahan Karet hutan yang belum dikelola secara Intensive. Dari hasil kebunnya ditambah dari penduduk sekitar maka jadilah beliau TOKE KARET Lb. Resam.
Tapi tanpa disadari bahwa hitungan yang dia dapat dari investasi lahan yang diambil karetnya tersebut sekarang bukan hanya mendapat pengembalian uang dari karet yang diambil tetapi kenaikan harga lahan itu sudah berpuluh juta tiap hektar sementara dari ngejar karet tadi pak Atip mengumpulkan lebih 200 Ha lahan karet liar.
Dari lahan tersebut semua didaftarkan sebagai mitra pada perusahaan pengelola sawit, sebagian disewakan sebagai pembibitan, sebagian lagi yang pinggir jalan di incar mo dijadikan perumahan baru. Sunggu Atip sekarang menjadi Tuan Tanah di Lubuk Resam.

Tidak ada komentar: