Sabtu, 07 Maret 2009

Dampak Melemahnya Harga Jual Singkong


Sungguh ilmu kingkang ini belum cukup rasanya jika diajak melompat terlalu tinggi. Sekian lama perencanaan matang menghiasi bangku dan setiap catatan harianku. Bagaimana menjangkau 1000 milyar.
Siapa yang tahu tahun 2008 pada umumnya permintaan alat berat yang saya pantau dari berbagai Dealer besar sangat penuh, ngantri dan berjubel.
Analisa bahwa kepentingan akan Biofuel, Biodesel serta berbagai energi alternatip sangat tinggi, seiring dengan itu otomatis keperluan alat exploitasi tinggi pula.
Tetapi setelah mengalami lonjakan aset yang lumayan besar mendadak setelah Lebaran 2008 banyak kontrak Proyek tak berlanjut, Pabrik2 Energi Alaternatip setengah jalan berhenti. Harga Batubara merosot bebas, harga Sawit dari Rp. 1.200/kg tinggal Rp. 200/kg, karet tak bisa dipungkiri lagi Singkongpun ikut terseret terjun bebas.

Banyak pengusaha agrobisnis kelas kecil gulung langsung dari kesenangan yang berlebih beberapa bulan yang lalu menikmat harga yang lumayan baik. Tanpa berfikir jelek apa yang bakal terjadi selanjutnya, dari hasil panen banyak yang langsung berinvestasi di kendaraan angkutan, menambah lahan kebunnya bahkan tidak sedikit menikmatinya sebagai rezeki berlebih yang tiada konskwensi ruginya. Ada yang beli mobil sedan kelas Toyota Camry padahal jalan di lokasinya banyak lubang dan berbatu, ada juga yang membeli isi rumah dan tidak sedikit yang sudah mengijonkan hasil panen mendatang dengan cara pinjam Bank untuk memenuhi hajat kaya-nya.

Sungguh tragis, tidak sedikit pekebun yang habis hartanya, stres bahkan di jambi ada pekebun yang mendapat cobaan jadi gila karena harta habis tetapi kekayaan hasil pinjam Bank di sita karena tidak bisa memenuhi angsuran.

Bagaimana nasip Kontraktornya, tidak jauh berbeda beberapa kontrak dengan kebun besar misal Salim Group, Bakrie Group diberhentikan tanpa kaidah hukum kontrak yang baku. Lalu mau dikata apa ??
Bahasanya jika mau diteruskan silakan tapi yang bayar tidak ada, atau berhenti tanpa surat menyurat hanya via telephon HP agar keadaan susah terseret bersama dalam arus negatip krisis keuangan global menjangkitinya juga. Dengan hanya ndomblong maka banyak armada unit alat berat yang semula menjahit dan meramaikan sepinya hutan mendadak berbaris dipinggir jalan, dipool2 masing2, di work shop.
Tidak kurang 600 unit tanpa membedakan jenis alatnya sepanjang Sukarno-Hata Bandar Lampung bertengger di pinggir jalan.

Sabar dan tetap berusaha tanpa menyerah keadaan adalah resepnya keluar dari masalah ini. Walaupun banyak kawan yang berbicara bahwa semakin kita berulah (pengganti kata berusaha) maka semakin kebebes pula yang kita dapat.
Saya yakin Allah akan menilai dan memberikan imbalan kepada setiap umatnya yang beruasaha.
Amien